Semenjak pandemi COVID-19 melanda Indonesia, hand sanitizer (pembersih tangan) adalah cara praktis untuk mencegah penularan virus corona. Itu dilakukan masyarakat apabila mencuci tangan tidak memungkinkan untuk dilakukan atau ketika malas mencuci tangan. Namun, penggunaan hand sanitizer ini menjadi semakin sering dilakukan oleh sebagian masyarakat. Terutama yang memang menjalankan beragam aktivitas di luar ruangan.
Tanpa kita sadari, gadget merupakan salah satu media yang dapat menyebarkan bakteri dengan mudah. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu zat antibakteri untuk diaplikasikan pada permukaan gadget, yaitu gadget sanitizer. Bahan yang berpotensi sebagai bahan pembuatan gadget sanitizer adalah limbah daun sukun kering dan cangkang telur. Itulah yang terpikirkan oleh kedua peneliti ini, Angelica dan Callista.
”Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas antibakteri, konsentrasi yang tepat, dan kualitas sediaan slime pada gadget sanitizer dari limbah daun sukun kering dan cangkang telur. Sementara itu, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memperoleh kajian ilmiah tentang potensi limbah daun sukun kering dan cangkang telur sebagai produk inovatif gadget sanitizer, memberikan inovasi baru dari pemanfaatan limbah daun sukun kering dan cangkang telur sebagai gadget sanitizer, dan memberi pengetahuan baru kepada masyarakat tentang efektivitas dari kandungan pada limbah daun sukun kering dan cangkang telur dalam gadget sanitizer,” ucap mereka.
Limbah daun sukun kering mengandung flavonoid yang berpotensi sebagai antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli, sedangkan limbah cangkang telur mengandung Ovocleidin–17 yang yang berpotensi sebagai senyawa antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Oleh karena itu, limbah daun sukun kering dan cangkang telur dijadikan sebagai bahan dasar dalam produk gadget sanitizer agar dapat lebih efektif membunuh bakteri, baik bakteri gram positif maupun gram negatif. Gadget sanitizer ini akan diaplikasikan dengan cara ‘ditap-tap’ pada seluruh permukaan gadget.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik, blender, ayakan 100 mesh, waterbath, dan vacuum rotary evaporator. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah daun sukun kering, cangkang telur, etanol 70%, asam asetat 10%, bahan pembuatan gel, aroma, guar gum, dan natrium tetraborat 4%.
Proses pembuatannya diawali dengan persiapan sampel berupa serbuk daun sukun kering dan cangkang telur yang telah dihaluskan, dilanjutkan dengan ekstraksi maserasi yang mana sampel daun sukun direndam didalam pelarut etanol 70% sedangkan cangkang telur di dalam pelarut asam asetat 10%. Kedua larutan direndam selama 1 x 24 jam dan disimpan pada tempat yang terhindar dari sinar matahari. Setelah itu, hasil rendaman daun sukun disaring dan diuapkan menggunakan vacuum rotary evaporator sedangkan rendaman cangkang telur diuapkan menggunakan waterbath sampai didapatkan hasil ekstrak yang kental. Hasil ekstraksi juga akan ditimbang untuk pembuatan masing-masing konsentrasi 30%, 40%, dan 50%.
Pada pembuatan gel, hasil ekstraksi dicampurkan dengan bahan-bahan seperti aquades, TEA, dan gliserin. Yang kemudian digerus sampai terbentuk gel dan siap untuk diberi aroma. Berikutnya, proses lanjutan yaitu pembuatan slime dengan mencampurkan gel yang sudah ada dengan guar gum, aquades, dan natrium tetraborat 4%. Terakhir, semua bahan diaduk kembali sampai terbentuk slime yang siap untuk dikemas dan dipakai langsung.
“Kami berharap bahwa ke depannya gadget sanitizer ini dapat membantu masyarakat dalam mengatasi permasalahan kebersihan gadget, yang mana diharapkan masyarakat puas dengan bentuk gadget sanitizer berupa slime yang tergolong aman ketika diaplikasikan dan tentunya ramah lingkungan,” kata mereka. Gadget sanitizer ini sebagai inovasi ramah lingkungan yang cocok diterapkan pada masa pandemi ini apalagi untuk para pelajar yang notabene selalu memakai gadget di setiap aktivitasnya.