Sampah merupakan salah satu hal yang tidak pernah luput dari pandangan kita, terdapat sampah organik yang masih dapat diuraikan. Akan tetapi, ada juga yang namanya sampah anorganik yang masih menjadi masalah besar bagi kita karena sampah anorganik ini sulit untuk diuraikan. Kian hari timbunan sampah anorganik terus menumpuk, sementara pengelolaan sampah masih minim dilakukan. Tak dapat dipungkiri, keberadaan sampah yang tidak terkelola akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Maka dari itu, diperlukan langkah efektif untuk mengatasi masalah sampah anorganik ini. Salah satunya dengan mendaur ulang sampah seperti yang telah dilakukan oleh SMA Negeri 6 Yogyakarta melalui divisi daur ulang.
“Sejak SMA Negeri 6 Yogyakarta mengikuti Adiwiyata tingkat kota, dari sanalah kegiatan daur ulang ini mulai berjalan,” ujar Ibu Mei Hera, pembimbing kegiatan daur ulang di SMA Negeri 6 Yogyakarta.
Divisi yang terbentuk sejak SMA Negeri 6 Yogyakarta memasuki Adiwiyata tingkat kota ini sudah banyak menghasilkan produk kerajinan tangan. Sejumlah kerajinan itu telah dipamerkan di sudut-sudut sekolah dan sisanya dipajang di Research Center.
Jenis kerajinan hasil kreativitas itu diantaranya ada bunga hiasan, tas, sandal, baju fashion show, kue nastar dari ampas tahu. Selain itu, divisi daur ulang juga sedang memproses ecobrick yang nantinya akan menjadi icon SMA Negeri 6 Yogyakarta.
Mulai dari kepala sekolah sebagai penanggung jawab, bapak ibu guru serta karyawan, kader-kader daur ulang, dan siswa turut berpartisipasi dalam kegiatan daur ulang ini. Tidak hanya itu, divisi daur ulang sering juga mengundang narasumber dari luar yang memiliki keterampilan untuk mendaur ulang dan memiliki fokus pada bidang lingkungan hidup. Serta masyarakat luar sebagai partisipan, masyarakat luar ini sebagai bentuk kemitraan yang biasanya menerima sosialisasi daur ulang.
Ibu Hera memaparkan tujuan diadakannya kegiatan ini yaitu sebagai bentuk penyelamat bumi dari sampah terutama sampah anorganik karena sifatnya yang sulit terurai, serta jika dilihat secara ekonomi dari adanya kegiatan daur ulang ini, kita dapat menghemat pengeluaran. Contohnya, kita bisa memanfaatkan kembali barang bekas layak pakai dengan metode reuse, reduce, dan recycle. Namun dengan catatan, barang layak pakai yang akan dikelola harus diterima estetika, dalam artian terjamin kebermanfaatannya serta jika dipandang akan menyenangkan.
Ibu Hera menjelaskan bahwa kegiatan daur ulang ini dilakukan setiap semester dengan konsentrasi atau fokus yang berbeda-beda tergantung dengan kebutuhan. Seperti pada semester ganjil ini, kegiatan daur ulang fokus pada pembuatan ecobrick yang akan disusun untuk icon sekolah.
Ibu Hera menambahkan, proses kegiatan daur ulang ini juga bekerjasama dengan divisi bank sampah. “Sampah yang telah dipilah oleh bank sampah, kami ambil beberapa yang dapat didaur ulang, salah satunya yaitu plastik, kemudian baru kami olah sesuai dengan kebutuhan. Jadi, memang daur ulang ini sudah seperti saudara kembar dengan bank sampah,” jelas Ibu Hera.
Kedepannya, Ibu Hera berharap agar siswa-siswi memiliki pehamahaman sekaligus kemampuan daur ulang sampah, “Divisi daur ulang, semoga setelah pandemi ini berakhir dalam artian cukup aman untuk anak-anak, kita akan meningkatkan aktivitas untuk mendaur ulang. Banyak permasalahan sampah terutama yang dihasilkan intern dari sekolah. Untuk kedepannya anak-anak dapat mempunyai pemahaman tentang cara mendaur ulang sampah anorganik, yang nantinya akan diterapkan di kehidupan bermasyarakat. Di masyarakat dalam tanda petik, yang pertama ke keluarganya masing-masing, kemudian masyarakat secara luas. Jadi, nanti anak-anak akhirnya mempunyai karakter yang peduli lingkungan,” pungkas Ibu Hera.
Menurut Ibu Hera, upaya untuk mencapai harapan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan pelatihan, praktek pembuatan, aplikasi, dan pendekatan dengan masyarakat. Besar harapan untuk kemajuan divisi daur ulang terutama penyelesaian icon ecobrick yang kini sedang diprogramkan.
Kumpulan ecobrick yang merupakan hasil karya dari siswa yang tetap melaksanakan kegiatan daur ulang walaupun hanya di rumah saja selama pandemi. Ecobrick karya siswa ini masih dalam proses yang rencananya akan disusun menjadi pelengkap icon SMA Negeri 6 Yogyakarta.
Selain itu beberapa kerajinan hasil kegiatan daur ulang siswa-siswa dipajang pada sudut sekolah, tepatnya di dalam etalase depan ruangan Tata Usaha yang berada di bagian barat sekolah. Berikut adalah beberapa karya kerajinan hasil kegiatan daur ulang oleh siswa.