SMAN 6 Yogyakarta membuat sabun ramah lingkungan yang terbuat dari ekstrak daun sirih merah dan serai. Sabun ini dibuat oleh siswa didampingi oleh laboran kimia di SMAN 6 Yogyakarta. Berawal dari banyaknya sirih merah di kawasan Toga sekolah sehingga siswa berinisiatif untuk memanfaatkannya. Disamping itu kondisi Pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai juga membuat kita tertantang untuk memanfaatkannya menjadi sabun yang aman bagi lingkungan. Sabun dari ekstrak sirih merah dan serai ini dipakai sebagai pembersih tangan yang ramah lingkungan karena sebagian tanaman gantung di sekolah disirami menggunakan limbah cuci tangan, limbah ini tidak merusak tanaman dan aman bagi lingkungan.
Kebersihan tangan merupakan salah satu prinsip penting dalam pencegahan, pengendalian, dan pengurangan infeksi dari perawatan kesehatan. Namun, penggunaannya yang terlalu sering dapat menyebabkan iritasi kulit dan juga resistensi di antara patogen. Selain itu limbah air sabun akan mengalir ke saluran pembuangan dan masuk ke lingkungan. Sabun cuci tangan cair alami dengan ekstrak sirih merah dan minyak serai merupakan alternatif pembersih untuk mengganti bahan kimia sintetis yang digunakan dalam sabun.
Daun sirih yang telah mencapai masa panen diperoleh dari hasil budidaya tanaman di SMA Negeri 6 Yogyakarta. Nilai pH sediaan sabun cuci tangan cair berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) pada kisaran 8 – 11pH dapat mempengaruhi daya absorpsi kulit yang berakibat pada iritasi. Nilai pH yang terlalu rendah dapat menyebabkan iritasi kulit, sedangkan pH yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kulit bersisik. Selain itu, pH sabun yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kulit kekeringan karena kehilangan air dan memungkinkan potensi alergen. Itulah salah satu inovasi yang dipersembahkan oleh siswa untuk sekolah sebagai wujud perhatian dan kepedulian terhadap lingkungan.